Saturday, December 5, 2015

Dia yang Telah Lupa

Terkadang aku ingin menghitung ada berapa orang dalam hidupku. Mereka yang bersentuhan langsung denganku, maupun mereka yang hanya mempengaruhiku dari jauh. Ada berapa tepatnya jumlah mereka?

Untuk apa? hanya untuk mengetahui seberapa jauh interaksi sosialku. Dan untuk mengingatkanku sudah berapa banyak yang kuberikan kepada mereka. Dan juga karena di bumi ini sekarang ada kurang lebih tujuh miliar orang. Setiap dari mereka memiliki hidup sendiri-sendiri dengan caranya masing-masing. Seberapa jauhkah jangkauanku untuk mengenal atau setidaknya tahu mereka?

Satu rumusan dalam hidup adalah bahwa orang-orang datang dan pergi, kecuali mereka yang benar-benar memiliki tempat di hati. Dan aku yakin tidak banyak kuota di hati ini untuk orang-orang seperti itu. Maka, sepatutnyalah tempat itu disediakan untuk mereka yang memberi kita pelajaran dan membuat pribadi kita menjadi lebih baik.

Dan olehnya, maka tidak jarang drama kehidupan ini dipertontonkan. Ditampilkan di sana beberapa orang baik dan beberapa yang lain buruk. Dibuat konflik di sana. Ada beberapa di antaranya yg membuat para penonton mengelus dada, ada juga yg membosankan karena polesan yg tidak bagus sehingga ditinggal tidur. Dan tontonan seperti ini telah dimulai puluhan abad yang lalu dan mungkin akan terus begitu sampai puluhan abad yang akan datang. Dan reaksi para penontonnya pun akan selalu begitu, di antara dua yg tadi.

Akibat tontonan tersebut tidak bisa disepelehkan. Lihat saja banyak orang histeris ketika melihat sang actor secara langsung. Alur cerita yg disajikanpun telah banyak merubah presepsi penontonnya terhadap kehidupannya. Padahal drama kehidupannya berbeda dengan drama yg dia tonton. Padahal dia mempunyai drama hidupnya sendiri.

Tanpa disadari, banyak orang telah lupa lakonnya dari drama hidupnya masing-masing. Padahal dia sendirilah actor, dan dia pulalah yang menjalankan alur ceritanya. Dia telah lupa dengan orang-orang sekitarnya yang telah menjadi actor/aktris pendampingnya yang patut dia hargai dan apresiasi. Dia telah lupa dengan alam ini sebagai setting tempat syutingnya, yang seharusnya dia menyatu dengannya sehingga terjadi chemistry dalam aksi-aksinya.

Dan yang lebih parah lagi, dia telah lupa dengan Tuhan sebagai Penulis scenario sebagaimana Dialah yang menentukan alur cerita. Dia lupa untuk berbuat baik kepadaNya, sehingga jalan cerita hidupnya dibuatkan menjadi baik dan manis. Dia telah lupa..

Orang-orang sekitar, itulah salah satu elemen penting dalam drama ini. Yang mana kita juga sekaligus menjadi orang sekitar dalam drama orang lain. Oleh sebab itu, jangan kita menjadi sepertinya, menjadi dia yang telah lupa.

4 comments: