Thursday, March 31, 2016

Catatan Terima Kasih (4)

Hari ini terasa indah. Mengapa? karena saya bahagia. Hahaha... Sungguh hari ini saya tidak bisa menyembunyikan senyuman indah ini (hehehe..). Ini karena tim futsal saya tadi pagi memenangkan pertandingan final kejuaran futsal di kampus.

Sebenarnya dari awal tidak ada yang berniat untuk mencari kemenangan. Apalagi mentargetkan diri menjadi juara. Semuanya sepakat kalau kejuaraan ini adalah just for fun untuk menutup masa-masa akhir di kampus tercinta ini. Tapi kami tetap bermain dengan keseriusan. Mungkin itulah kuncinya, enjoy tapi serius.

Di delapan besar kami berjumpa dengan lawan unggulan. Tidak ada yang menyangka kalau skor berakhir dengan 5-3 untuk keunggulan kami. Di semifinal, kami kebebolan terlebih dahulu sebelum menyamakan kedudukan di menit akhir dengan goal yang saya cetak (hehehe). Sungguh.. waktu itu kami hesteris, juga penonton, sampai-sampai saya yang mencetak goal lupa untuk selebrasi. Kedudukan berakhir 2-2 dan dilanjutkan dengan adu tendangan finalty, dan kami menang.

Hari ini, kami bermain dengan optimistis tinggi. Tapi tetap tidak lupa dengan tujuan awal dari mengikuti kompetisi ini. Bahkan kami berencana memainkan semua pemain yang belum pernah main, atau bisa dibilang pemain lapis kedua. Tapi seketika tiba di lapangan, keadaan berubah. Ialah teman-teman yang datang menyaksikan. Mereka pasti mengharapkan permainan yang menyerang, menarik, dan menghibur. Jadi, ya.. kami bermain seperti biasa, serius tapi tetap enjoy.

Awal pertandingan berjalan agak lamban. Kami kemasukkan dua goal terlebih dahulu sebelum berhasil menyamakan kedudukan dan membalik skor 3-2 sebelum peluit babak pertama usai. Di babak pertama tersebut saya mendapat satu peluang emas ketika berhadapan satu lawan satu dengan kipper lawan, tapi tendangan saya melenceng. Dan langsung saja ketika itu penonton menyoraki "Hooo" kepada saya. Saat itu saya benar-benar malu.

Di babak kedua ada beberapa pergantian pemain, termasuk saya yang diganti. Praktis saya hanya bisa mensupport dan memberi beberapa instruksi tambahan dari luar lapangan. Pertandingan berlangsung alot. Beberapa benturan terjadi, sedikit sikut, tackle, dorongan, dll. tapi itu wajar saja.  Skor berubah menjadi 5-3 masih menjadi milik kami sebelum waktu tambahan tiga menit. Kami bermain lebih lebih rileks. Dan akhirnya dengan umpan-umpan pendek tiki-taka disusul dengan umpan silang datar yang diakhiri dengan seorang teman yang berlari overleap dan mensliding bola tersebut merubah kedudukan menjadi 6-3. Saat itu para penonton seperti histeris berteriak kegirangan, termasuk diri saya sendiri yang masuk ke lapangan merayakan goal tersebut.

Moment seperti itu dalam kehidupan saya pribada sangat langka. Sudah tidak terhitung saya mengikuti kompetisi atau semacam kejuaraan seperti itu. Dan kerena di setiap kali itu juga tim saya selalu kalah. Maka kali ini yang sepertinya menjadi yang terakhir, tim saya (kami) berusaha untuk tidak memikirkan hasil tetapi mengerahkan keseriusan ketika bertanding. Really... for today, I can't stop thinking about it.

Skor berakhir dengan 6-4 untuk kami (lawan memperkecil kedudukan di menit-menit akhir). Setelah pertandingan usai, kami pulang ke basecamp dengan senyum berbinar-binar. Mengulas balik pertandingan, saling meledek, tertawa, pesta kecil-kecilan, dan hal-hal semacamnya.

Untuk itu, saya pribadi mengucapkan banyak terima kasih kepada mereka yang telah di sana dan menjadi bagian dari ini semua. Thanks guys...


Monday, March 21, 2016

Catatan Terima Kasih (3)

Ternyata sudah lama tidak mampir ke sini. Blog tempat berbagi pikiran dan uneg-uneg. Sebenarnya sempat kepikiran untuk serius dengan blog ini. Sehingga benar-benar bisa dikatakan sebagai blogger. Tapi apa daya, Keseriusan itu hanya ada dalam angan.

Ada banyak hal yang bisa diceritakan untuk beberapa hari ini, terutama menyangkut Universitas yang kutinggali saat ini. Tapi bingung memulainya dari mana. Atau mungkin karena lebih baik cerita-cerita tersebut tidak dituliskan. Entah lah...

Jadi kali ini akan saya menulis singkat tentang keluarga. Yaitu orang-orang yang selalu menjadi pilihan terdekat dalam hidup ini. Beberapa minggu yang lalu adik saya menelepon minta doa karena dia telah mendaftar SNPTN atau apa sejenis (tidak faham) untuk masuk jurusan kedokteran UNAIR Surabaya. Saya tidak faham prosedur pendaftaranya atau ujiannya atau seleksinya. Intinya dia ingin kuliah di sana. Ya sudah.. saya hanya bisa mendoakan.

Saat itu saya benar-benar terbangun.Ya Allah.. Ternyata kami sudah sejauh ini. Keluarga kami yang dulu terasa sederhana sekarang telah tumbuh berasama waktuMu. Memang dalam banyak hal kami tidak sejalan. Tapi bersaudara adalah satu ikatan lain. Tidak seperti sahabat, atau kekasih, atau pengidolaan. Bersaudara adalah ikatan darah yang tidak bisa diganti. Oleh karena itu tidak,berbedanya jalan yang kami tempuh bukan berarti berbedanya tujuan. Sebab surga yang kami angankan sama. Di sana. Di telapak kaki ibu yang sama.

Teringat dulu, adik saya ini sering saya marahi karena tidak nurut, tidak mau disuruh, sekarang telah dewasa. Mungkin nanti pada gilirannya dia yang akan memarahi saya. Saat dia tahu pilihan yang saya pilih adalah pilihan yang salah. Mungkin juga karena kekeras-kepalaan saya yang saya yakin telah dia sadari sejak lama. Itu tidak masalah. Yang terpenting di masa kedewasaan adalah kesadaran untuk saling insyaf. Dan syukurlah jika saat itu ada seseorang yang mengingatkan kita untuk insyaf.

Dan nanti pada saatnya, saya yakin kami akan berkumpul lagi seperti dulu bersama bapak dan ibu. Semoga saat itu, dewasa kita tetap terasa sederhana seperti ketika kita menghabiskan masa kecil dulu.

Semoga lulus di sana dan semua anganmu dikabulkan olehNya..




Wednesday, March 2, 2016

Belajar Sederhana

Sederhana itu indah. Mungkin hal yang paling indah.

Mengapa? Sebenarnya tidak ada alasan khusus atau penjelasan yang meyakinkan. Hanya saja ada suatu perasaan yang terkadang berkata, "jangan ke sana !" Tapi sayangnya perkataan tersebut tidak didengarkan, yang akhirnya berujung suatu penyesalan. Ini karena ke sana itu tidak sederhana.

Perasaan yang berkata tersebut seperti suara hati yang memberi arahan akan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Mengikuti suara hati tersebut, itulah sederhana.

Kebaikan dalam hidup, itulah sederhana. Karena banyak sekali hal yang buruk dalam kehidupan ini, dan semua keburukan tidak satu pun yang bersifat sederhana.

Aaaargh.. membicarakan hal ini membuat kepala bingung sendiri.
Kembali kepada hubungan sederhana dan keindahan.
1. Apakah hal-hal yang aneh itu indah?
2. Apakah hal-hal yang setengah/ belum jadi itu indah?
Tidak ada satu pun hal di atas yang indah, kecuali yang kebetulan. Hal-hal yang kebetulan pun akan berefek pada rasa iri yang menimbulkan kedengkian, dan itu bukanlah suatu sikap yang indah.

Cerita suatu drama yang berbelit-belit, berputar-putar tidak indah. Begitu juga cerita yang datar tidak berkonflik. Suatu cerita yang mengalir dam bisa membawa fikiran bergelanyut, sehingga timbul penyesalan ketika cerita tersebut harus berakhir, itulah keindahan.

Itulah yang ingin seharusnya ditangkap dan ditanamkan dalam sanubari. Cerita yang sederhana. Yang menyisakan wadah untuk tarikan nafas panjang, dan yang menutup bocornya sikap untuk suatu tindakan bodoh.

Jadi pada intinya, sederhana adalah tidak kurang dan tidak berlebih-lebihan. Apa takarannya? Takarannya ialah suara hati yang tersebut di atas. Dan masalahnya adalah, pastikan hati tersebut tidak bisu, sehingga ia bisa bersuara. Bila perlu bersihkan itu hati beserta corong-corongnya, sehingga suara yang timbul akan lantang dan menggema.

Satu lagi masalah, bila telah ada seruan suara tersebut. Mendengarkan, menjawab dan mengikutinya tidaklah mudah. Jadi siapkan mental untuk menghadapinya...

Sederhana oh sederhana.. Ternyata tidak sesederhana itu.

Ada satu larik puisi yang sangat indah (karena sisanya aku lupa). Ia berbunyi. "aku ingin mencintaimu dengan sederhana". Ini adalah salah satu kalimat dalam bahasa Indonesia yang paling indah. Sungguh kalimat sederhan yang penuh makna, kebaikan, dan harapan.