Friday, June 27, 2014

Puasa itu Proses Melatih Diri

Jadi inilah dia... Ramadhan !!

Sebagai seorang muslim, ini adalah kesempatan untuk mengenal diri lebih jauh. Kesempatan yang hanya setahun sekali. 30 hari adalah waktu yang lama jika tidak bisa memanfaatkannya dengan maksimal. Dan mungkin akan terasa sangat singkat jika pemanfaatnya membawa kita melupakan waktu yang berjalan sehingga di penghujung bulan, akan terucap "wah.. sebentar lagi Idul Fitri ya.."

Seorang muslim seharusnya merasa kalau ini tidak hanya sekedar ritual wajib tahunan yang harus digugurkan kewajiban tersebut setiap harinya dengan tidak makan dan minum. Seorang muslim seharusnya tahu kalau ini adalah masa-masa sakral yang tidak hanya sekedar seperti itu. Paling tidak terpancarlah kebahagian ketika memasuki bulan ini. Itu sudah pertanda sederhana kaau kita sadar dan tahu arti Ramadhan.

Apalagi seperti saat sekarang ini. Ramadhan bertepatan dengan hari libur sekolah dan kuliah. Di sana akan ada wadah pelatihan diri yang jarang ditemui. Yaitu bagaimana cara memanfaatkan waktu kosong untuk berprestasi dengan perut yang kosong dan tenaga tidak maksimal.

Karena saya sendiri merasakan penting makanan sebagai pendorong dan penyuplai tenaga. Dulu pernah ketika saat-saat berpuasa senin-kamis bertepatan dengan waktu ujian dan pada hari-hari itu banyak yang harus dipejari. Sehingga bapak guru sampai berkata, "tidak usah puasa tidak apa-apa, tapi ingat ! makan yang banyak sehingga tenaga terisi penuh dan kuat untuk belajar seharian penuh sehingga nanti nilai kamu bagus, Insyaallah pahalanya itu lebih besar dari berpuasa"

Meskipun urusan pahala bukan kita yang ngatur. Tapi mungkin ada benarnya. Dari sini, dapat dikatakan kalau esensi puasa bukan hanya sebagai pencarian pahala semata. Tapi lebih besar dari itu (karena mungkin pahala puasa sedikit), yaitu proses pelatihan diri seperti yang saya katakan tadi. Apa yang diltatih..? setiap orang berbeda jawabannya dan jika dia merasa, dia pasti tahu yang harus dilatihnya.

Thursday, June 26, 2014

Membencinya ?

"Suka musik ?" lalu dijawab "Lha kamu Suka bernafas ga?"

Kutipan tersebut ada di film Its KInd of Funny Story. Satu yang selalu kuingat selain wajah Emma Roberts yang wow.. imut dan cantik. Dan tentu saja kutipan tersebut sudah tercatat rapi di sini (kepala) sehingga mungkin kelak bisa kusebarkan ke orang lain.

Musik adalah dimensi lain. Setidaknya itulah yang ada dalam benakku ketika mulai kutaruh headset di telinga, atau ketika speaker telah menyala. Apa pun jenis dan alirannya, tidak ada yang istilah baik atau jelek. Yang ada adalah suka atau tidak suka. Dan itu subjetifitas yang terkadang timbul sendiri atau terkadang bisa juga dipaksakan.

Ingin rasanya suatu saat nanti, pergi ke suatu tempat untuk mempelajarinya. Belajar musik. Belajar nada dan irama. Notasi, mayor, minor dan berbagai macam instrumentnya. Karena saat ini hanya gitar pinjaman yang bisa kumainkan, itupun tidak pernah terlampiaskan.

Musik adalah dimensi yang lain yang akan membawa pada rasa betapa besarnya nikmat yang kita rasakan. Bisa menikmati dan mengerti tinggi rendah suatu nada adalah hal yang luar biasa. Karena nada itu sesuatu yang tidak terlihat, dan bisa melihatnya dengan indra pendengaran ini adalah sesuatu yang luar biasa. Sangat luar bisa untuk selalu mensyukurunya.

Ratusan lagu yang telah kudengarkan. Tapi di bumi ini ada bermilyaran lagu. Dengan berbagai insrument dan tentu saja dengan ribuan bahasa yang membawanya. Sangat disayangkan kalau ada yang membencinya ?

Wednesday, June 25, 2014

Mencari Kehangatan

Aku bangun di tengah pagi. Bekas hujan tadi malam menggiring udara lembab berkabut. Asap tebal berterbangan rendah, dan ketika kudatanginya, kesejukan yang tiada terkira menyibak pori-pori kulit. Aku harus melakukan sesuatu pagi ini...

Mencari kehangatan, iya.. aku harus mencari kehangatan. Kunyalakan leptopku, dan benar saja.. deru hangat mesinnya langsung terasa hangat di telapak tangan. Mata yang sayup terpaksa menerawang layar kaca yang penuh tipuan ini. Oh.. tunggu, bukan ini! bukan ini yang aku cari!

Aku seperti ingin ini dan itu dalam satu waktu. Tetapi ketika layar monitor terjebak ke suatu video di mana seorang ayah mengajak anak perempuannya yang cacat untuk menari dan berdansa, hal itu membuatku terenyuh.. Mungkin inilah kehangatan yang harus aku cari dan kutemukan. Kehangatan diri akan rasa syukur yang tiada bertepi. Sehingga membuatku nyaman untuk selalu bersemayam di sana.

Ku tatap langit yang belum tampak biru. Awan putih masih bergelantungan menahan kuning sinar mentari. Dan tentu saja, kicau burung yang tidak pernah lepas dari telinga ini. Benar-benar kehidupan impian.

Dan di sinilah aku, kembali menulis di blog ini. Mengingatkan betapa sederhananya hidup ini kalau kita tidak terlalu banyak berpikir untuk hal-hal yang tidak-tidak. Menulis ini bagaikan obat untuk memupuk kesederhanaan tersebut. Juga memupuk kehangatan rasa syukur ini.

Aku ingin seperti langit

Tuesday, June 24, 2014

Hey Kamu yang Berkerudung !

Hey kamu yang berkerudung, Please.. Menolehlah sebentar..!

Kulihat mereka berjalan, ada yang berdandengan tangan dan mendekap lengan temannya. Ada juga yang mengayunkannya bebas merasakan angin siang yang panas ini. Mereka berjalan seakan ketakutan. Makluk saja.. kanan kiri mereka para pekerja bangunan yang sedang istirahat. Mungkin mereka merasa enggan kalau kotoran bekas bahan bangunan itu akan menempel di kerudung mereka yang putih.

Aku melihat mereka, tampak mereka juga menyadari keberadaanku. Aku berjalan mendekat, sayang mereka sudah terlampau jauh.. Dan yang lebih disayangkan wajah-wajah berkerudung itu tak sempat kutatap. "Hey... santailah sejenak! apa yang membuat kalian tergesa-gesa" ingin kalimat itu kulontarkan ke mereka.

Kupandangi mereka berjalan dari belakang. Jujur... ataukah pikiranku yang kotor, mengapa mereka seperti menggoyangkan pinggul ketika berjalan? ataukah memang seperti itu jalan seorang wanita muda yang belum bersuami? ataukah mereka memang sengaja ingin menggodaku? Aku harap adik-adikku kelak tidak seperti itu. Akan ku ajarkan mereka cara berjalan seperti jalanku. Seperti jalan manusia biasa. Menurutku..

Andai saja aku berparas tampan, mungkin akan kugoda mereka dan membuat mereka bertanya siapa dia? di mana rumahnya? Tapi aku dan mereka tahu kalau itu hanya omong kosong. Cukuplah seperti ini, aku adalah aku. Akan kubuat bangga diri ini dengan aku yang seperti ini. Karena pasti ada salah satu dari milyaran wanita yang bertebaran di bumi ini yang menyukaiku. Paling tidak dia adalah istriku kelak.

Tapi untuk saat ini, tarik ulur dunia ini memang tiada berhenti. Duniaku, duniamu, dan dunia mereka.
Seperti tarik ulur pikiranku saat itu. Saat ingin ku lihat mereka menoleh atau saat ingin ku biarkan mereka berjalan lurus terus seperti itu.