Thursday, September 22, 2016

Di Perpustakaan (1)

Sudah dua bulan Dewi di sini. Mungkin inilah saatnya untuk mengenalnya lebih jauh. Mungkin dengan mengajaknya jalan-jalan siang. Ah tidak mungkin, siang ini sangat panas. Lagian jalan-jalan ke mana. Atau mengajaknya ngobrol atau berbincang tentang sesuatu. Tapi ini perpustakaan, mana bisa ngobrol di sini. Kalaupun bisa, pasti tidak akan puas karena harus bisik-bisik. Atau menawarkannya makan siang bersama. Atau mentraktirnya. Ah.. kuhentikan pikiranku yang terus berputar dan kuputuskan mendatanginya.

Aku berjalan ke mejanya. Cukup dekat. Hanya sekitar 5 meter dari mejaku.

“Mas Andi, ada yang bisa dibantu” Dewi berdiri dari kursinya.

“Mmm.. udah makan siang? Mau ga makan siang bareng?” Suaraku terdengar sedikit kaku.

“Maaf mas, tampaknya hari ini tidak bisa. Mungkin lain kali” Dewi menjawabku agak ragu.

“Oke.. ga apa-apa” kuusahakan untuk tersenyum yang kuyakin pasti terlihat kecut.

Dewi kembali duduk. Mengotak-atik komputer di mejanya. Aku bergeser mundur beberapa langkah. Lalu sekilas kusadari alibi yang cukup kuat. Kembali kudatangi Dewi yang kukira dia sangat sibuk karena tidak menyempatkan waktu untuk makan siang.

“Dewi.. Pak Angga nya ke mana” Pak Angga adalah ketua bagian sistem dan data. Dialah dulu yang mengajarkanku sistem perpustakaan ini dan tata cara operasionalnya.

“Dia tadi sedang keluar dengan Pak Sujono” Jawaban sekilasnya itu seketika membuatku mundur dengan tertunduk. Ku tenangkan pikiranku kalau sekarang belum saatnya.

Sumber gamber: www. rukle.com

Pak Sujono adalah kepala perpustakaan ini. Mereka berdua keluar bersama. Biasanya akan ada program besar atau apalah semacamnya. Dan bisa jadi pekerjaan akan menumpuk lagi. Padahal baru seminggu ini penginputan buku-buku yang baru datang baru selesai.

Akhirnya kuputuskan untuk ke kantin sendiri. Beberapa Mahasiswa tampak bercengkerama dengan sesama. Ada juga beberapa dosen yang kukenal. Siang ini memang cerah. Mungkin itulah yang membuat hari ini lebih ramai dari biasanya. Khususnya di perpustakaan dan di kantin. Dua tempat yang tidak pernah lepas dari rutinitasku.

Jam makan siang telah selesai. Ingin segera kembali ke kantor dengan ruangan berACnya. Meninggalkan panasnya terik matahari. Anehnya semua orang merasakan keluhan yang sama tentang panasnya cuaca hari ini. Padahal kalau tidak salah, kudengar orang-orang ini menginginkan hari yang cerah sejak hampir dua minggu ini cuaca mendung dengan hujan dan bergimis yang silih berganti dan tidak pernah berhenti.

Aku sendiri lebih menyukai cuaca mendung. Kurasa mendung lebih enak karena panas matahari meredup sedikit. Juga tidak tahu mengapa, rasanya kalau musim-musim penghujan seperti ini terasa lebih produktif dan semangat bekerja.

Baru pertama menginjakkan kaki di meja resepsionis. Benar saja. Seluruh karyawan dan staff perpustakaan dikumpulkan oleh Pak Sujono di ruang rapat. Tiga tahun bekerja sini sudah cukup bagiku mendapatkan feel tentang apa yang sedang terjadi di perpustakaan ini.

Aku telat. Pintu telah ditutup. Kubuka pelan. Bu Andini yang duduk paling dekat dengan pintu mendekatiku. Dia membisikiku untuk pergi ke meja jaga. Aku bertanya mengapa, karena itu bukan bagianku. Bu Andini menjelaskan kalau itu adalah perintah Pak Sujono. Sekilas beliau yang berdiri di depan memberhentikan presentasinya dan menoleh ke arahku dengan kedipan. Akhirnya dengan gerakan mundur kututup pintu kembali. Tapi sebelum daun pintu kututup rapat, kulihat wajah Dewi yang duduk di kursi barisan kedua. Dia menatapku.

Bersambung