Wednesday, January 20, 2016

Masih Di Sana

Seorang perempuan berdiri di tepi danau. Dia menyilangkan tangannya di dada. Memandang hamparan air yang tenang. Menghirup udara sejuknya. Masih di sana dan diam.

Aku menatapnya dari belakang. Di antara kabut dan cahaya. Masih menatapnya yang masih diam. Kutanya diriku,

"Haruskah kau ke sana dan berdiri di sampingnya?"

Dan jawabanku, "Aku sangat ingin ke sana. Berdiri di sana. Menemaninya. Melihat apa yang dia lihat. Mendengar apa yang dia dengar. Menghirup apa yang dia hirup. Dan merasakan apa yang dia rasakan. Tapi aku tak yakin dengan langkahku".

Dia yang bertanya tertawa kepadaku. Dia menggelengkan kepala melihat sikapku.

"Jadi kau tak pergi ke sana?"

"Aku tak tahu. Akan kupikirkan sejenak."

"Sejenak? Seberapa lama? Tidakkah kau geram dengan keraguanmu?"

Aku menundukkan kepala. Aku sadar dengan perkataannya. Keraguan inilah penyebab semua kegagalan dalam hidupku.

Kulihat dia masih berdiri di sana. Sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri. Bergeser beberapa langkah dan kembali lagi. Aku sangat senang dia masih di sana setelah selama ini aku masih ragu dan berpikir.

Kutanya balik dia yang mencercaku, "kau tahu? cukup seperti ini saja aku sudah bahagia. Melihatnya di sana bersama dengan dunianya. Sungguh. itu semua telah membuatku bahagia".

Dan dia hanya menanggapi perkataanku dengan senyum sinis. Tetapi itu tidak masalah. Yang terpenting adalah dia masih di sana.


No comments:

Post a Comment