Jika saja aku tidak di sini
mungkin keadaan akan lebih mudah, atau mungkin lebih sulit. Aku tak tahu karena
hidup hanya memiliki satu arah satu tempat dan satu waktu bagi satu orang.
Hanya saja angan terus berputar mencari tempat untuk bersembunyi dari kenyataan
yang mengelilingi. Di situlah terkadang aku merasa perutku sakit.
Hari ini perkuliahan berjalan
kembali normal. Pertemuan dengan para dosen yang seharus memberikan inspirasi,
masih seperti dulu, monoton. Materi kuliah yang seharusnya menjadi tumpuanku
dalam tahapan mencari ilmu, lebih sering memberi beban yang dengannya langkahku
semakin berat menapaki tahapan tersebut. Tugas-tugas yang seharusnya melatih
dan memberiku banyak hal untuk dipelajari, hanya berputar-putar menunggu deadline,
dan hanya memberikan kelegaan separuh setelah menuntaskannya.
Karena terkadang aku masih
bingung dengan yang kukejar. Dan itu karena terlalu banyak yang ingin kukejar. Seperti
ribuan capung yang bertubi-tubi menghambat helaan nafas untuk fokus mencari dan
melihat sayap seekor kupu-kupu. Dan bisikan yang menanyakan “apakah aku sudah
lelah” terkadang memekakkan telinga. Sampai terkadang membuatku ingin berpaling
dan pulang.
Pulang adalah kata bagi mereka
yang telah pergi. Apakah aku sudah benar-benar pergi? Adakah yang kudapatkan
dari kepergianku ini? Inilah pertanyaan terberatku.
Saat ini adalah saat keheningan.
Keheningan di dalam hati. Mendaki ogah, takut ketinggian. Turunpun tak mau,
takut kehinaan. Hanya diam menunggu arah angin. Mungkin inilah yang terbaik,
keadaan dengan resiko terkecil. Seperti manusia biasa lainnya.
Tapi jika dibiarkan, maka
eksistensiku akan dipertanyakan. Apakah aku masih ada atau sudah mati? Aku
ingin masih ingin hidup. Tapi angin tak kunjung datang dan kupu-kupu yang
kucari semakin mulai memudar. Mungkin aku harus tidur sejenak. Mencari bebatuan
untuk bersandar dan memejamkan mata mencari titik hitam.
No comments:
Post a Comment