Sudah dua bulan Dewi di sini. Mungkin
inilah saatnya untuk mengenalnya lebih jauh. Mungkin dengan mengajaknya
jalan-jalan siang. Ah tidak mungkin, siang ini sangat panas. Lagian
jalan-jalan ke mana. Atau mengajaknya ngobrol atau berbincang tentang
sesuatu. Tapi ini perpustakaan, mana bisa ngobrol di sini. Kalaupun
bisa, pasti tidak akan puas karena harus bisik-bisik. Atau menawarkannya
makan siang bersama. Atau mentraktirnya. Ah.. kuhentikan pikiranku yang
terus berputar dan kuputuskan mendatanginya.
Aku berjalan ke mejanya. Cukup dekat. Hanya sekitar 5 meter dari mejaku.
“Mas Andi, ada yang bisa dibantu” Dewi berdiri dari kursinya.
“Mmm.. udah makan siang? Mau ga makan siang bareng?” Suaraku terdengar sedikit kaku.
“Maaf mas, tampaknya hari ini tidak bisa. Mungkin lain kali” Dewi menjawabku agak ragu.
“Oke.. ga apa-apa” kuusahakan untuk tersenyum yang kuyakin pasti terlihat kecut.
Dewi
kembali duduk. Mengotak-atik komputer di mejanya. Aku bergeser mundur
beberapa langkah. Lalu sekilas kusadari alibi yang cukup kuat. Kembali
kudatangi Dewi yang kukira dia sangat sibuk karena tidak menyempatkan
waktu untuk makan siang.
“Dewi.. Pak
Angga nya ke mana” Pak Angga adalah ketua bagian sistem dan data. Dialah
dulu yang mengajarkanku sistem perpustakaan ini dan tata cara
operasionalnya.
“Dia tadi sedang keluar
dengan Pak Sujono” Jawaban sekilasnya itu seketika membuatku mundur
dengan tertunduk. Ku tenangkan pikiranku kalau sekarang belum saatnya.
Sumber gamber: www. rukle.com |
Pak
Sujono adalah kepala perpustakaan ini. Mereka berdua keluar bersama.
Biasanya akan ada program besar atau apalah semacamnya. Dan bisa jadi
pekerjaan akan menumpuk lagi. Padahal baru seminggu ini penginputan
buku-buku yang baru datang baru selesai.
Akhirnya
kuputuskan untuk ke kantin sendiri. Beberapa Mahasiswa tampak
bercengkerama dengan sesama. Ada juga beberapa dosen yang kukenal. Siang
ini memang cerah. Mungkin itulah yang membuat hari ini lebih ramai dari
biasanya. Khususnya di perpustakaan dan di kantin. Dua tempat yang
tidak pernah lepas dari rutinitasku.
Jam
makan siang telah selesai. Ingin segera kembali ke kantor dengan
ruangan berACnya. Meninggalkan panasnya terik matahari. Anehnya semua
orang merasakan keluhan yang sama tentang panasnya cuaca hari ini.
Padahal kalau tidak salah, kudengar orang-orang ini menginginkan hari
yang cerah sejak hampir dua minggu ini cuaca mendung dengan hujan dan
bergimis yang silih berganti dan tidak pernah berhenti.
Aku
sendiri lebih menyukai cuaca mendung. Kurasa mendung lebih enak karena
panas matahari meredup sedikit. Juga tidak tahu mengapa, rasanya kalau
musim-musim penghujan seperti ini terasa lebih produktif dan semangat
bekerja.
Baru pertama menginjakkan kaki
di meja resepsionis. Benar saja. Seluruh karyawan dan staff perpustakaan
dikumpulkan oleh Pak Sujono di ruang rapat. Tiga tahun bekerja sini
sudah cukup bagiku mendapatkan feel tentang apa yang sedang terjadi di
perpustakaan ini.
Aku telat. Pintu telah
ditutup. Kubuka pelan. Bu Andini yang duduk paling dekat dengan pintu
mendekatiku. Dia membisikiku untuk pergi ke meja jaga. Aku bertanya
mengapa, karena itu bukan bagianku. Bu Andini menjelaskan kalau itu
adalah perintah Pak Sujono. Sekilas beliau yang berdiri di depan
memberhentikan presentasinya dan menoleh ke arahku dengan kedipan.
Akhirnya dengan gerakan mundur kututup pintu kembali. Tapi sebelum daun
pintu kututup rapat, kulihat wajah Dewi yang duduk di kursi barisan
kedua. Dia menatapku.
Sejujurnya aku belum terlalu ngerti sama ceritanya.. eehh udah bersambung aja..
ReplyDeleteSi Dewi gak bisa diajak makan bareng.. uu kesian.. yang ngajak..
Nanti Insyaallah ada lanjutannya..
Delete